Saturday 24 May 2014

Prabowo Subianto Fan's Blog: PRABOWO SUBIANTO SANG PEMENANG

Prabowo Subianto Fan's Blog: PRABOWO SUBIANTO SANG PEMENANG: Prabowo Subianto adalah anak dari begawan ekonomi, Soemitro Djojohadikusumo, yang menikah dengan Dora Sigar. Apabila ditelusuri lebih jau...

Monday 19 May 2014

ESTHON FOENAY @ DEKLARASI GERINDRA , PAN , GOLKAR , PKS , PPP NTT

JAKARTA - Ini Dia Bukti Korupsi Jokowi di Pengadaan Bus TransJakarta Yang dimenangkan Keponakan Jokowi, Michael Bimo. Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau Jokowi terindikasi terlibat dalam korupsi pengadaan bus TransJakarta.

Berdasarkan informasi yang berkembang, mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Udar Pristono yang sudah dijadikan tersangka kasus itu sebenarnya tidak setuju proyek pembelian bus TransJakarta Rp1,5 triliun melalui tender langsung dengan kemenangan keponakan Jokowi.

Mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI, Udar Pristono yang sudah dijadikan tersangka kasus itu sebenarnya tidak setuju pembelian bus TransJakarta Rp1,5 T melalui tender langsung dengan kemenangan keponakan Jokowi. "Maka dibuatlah panitia lelang yang dikomandoi secara ilegal oleh Micheal Bimo, mantan ketua timses Jokowi," kata pemilik akun Twitter Ragil Nugroho @RagilNugroho1.

Kata mantan aktivis PRD ini, walaupun panitianya ada unsur pemprov, tapi yang menentukan aturan dan pemenangnya adalah Michael Bimo. "Udar sebagai kepala dinas, mau tidak mau bertanggungjawab terhadap lelang tersebut. Sampai akhirnya lelang dimenangkan perusahaan keponakan Jokowi, Michael Bimo" ungkap Ragil.

Kata Ragil, Udar diperintahkan Jokowi untuk mengambil busway dari Cina yang dalam spesifikasi barang kondisinya bagus. "Padahal Jokowi dan Michael Bimo sudah tahu kalau Kondisi busway tersebut memang tidak siap operasi," kicau Ragil.

Menurut Ragil, sekitar empat bulan sebelum memutuskan beli busway, dan Micahel Bimo diutus Jokowi ke Cina untuk melihat busway. "Menghitung berapa dana yang harus dikeluarkan untuk membeli busway dan merekondisinya di Indonesia," jelas Ragil.

Ragil mengungkapkan, bengkel reparasinya pun sudah disiapkan yaitu di Semarang dan Magelang. "Dua bengkel tersebut masih milik keluarga Jokowi. Setelah dibayar bus dikirim ke Indonesia," papar Ragil.

Kata Ragil, secara birokrasi Udar lapor ke Kemenhub RI, kalau ada busway masuk dari Cina dengan spefisikasi A B C D. "Tapi oleh Kemenhub proses pengeluaran barang dipersulit karena spesifikasi barang tidak sesuai data di Kemenhub," jelasnya.

Lanjut Ragil, Jokowi panik, dan diutuslah Ahok menemui Kemenhub. Tapi Kemenhub tetap tidak mau keluarin barang. Akhirnya tertunda. "Setelah Kemenhub berkoordinasi dengan BPK dan BPKD. Diceklah barang. Ternyata memang tak sesui spesifikasinya," paparnya.

"Maka terbongkarlah kalau bus itu barang lungsuran. Jokowi buang badan bilang kalau ditipu timsesnya," ungkapnya. [adivammar/petikan/voa-islam.com]
 #INDONESIA RAYA , #INDONESIA BANGKIT , #INDONESIA BARU

Sunday 4 May 2014

9 Wanita Yang Menghiasi Kehidupan Bung Karno (SOEKARNO)



Tentu bagus jika Jokowi mengajak Pemda NTT
bekerja sama menyediakan kebutuhan daging masyarakat Jakarta. Apalagi
ada komitmen menganggarkan dana sebesar 2 triliun untuk program ini.
Baik itu dengan cara membeli daging, membeli sapi hidup, membeli
peternakan, atau membuat peternakan  baru. Bagus sekali.
Tapi saya mengerutkan kening saat Jokowi
menyindir BUMN yang berencana membeli peternakan di Australi. “…Dulu kan
beli peternakan di Australia, kenapa? Di sini (NTT) ada, peternakan
juga kok.” Katanya. Lebih-lebih langkah Jokowi ini dikaitkan dengan
upaya menghentikan impor daging.
Ternyata Jokowi tidak menguasai masalah
dengan baik. Dia tidak tau kalau BUMN memiliki peternakan raksasa di
padang savana Kabaru-NTT. Saya katakan raksasa karena luasya mencapai
7.000 hektar. Tahun 70-an peternakan ini pernah berjaya. Tapi sejak
tahun 80-an peternakan ini terbengkalai. Pada tahun 2012 Dahlan Iskan
mengintruksikan PT Berdikari mengambil alih peternakan ini dari PTPN 14.
Untuk dikelola secara intensif.
Walaupun peternakan seluas ini sudah
dikelola dengan baik. Peternakan ini hanya mampu menyediakan 5.000 sapi
siap potong pertahun. Kalaupun dikombinasikan dengan sistem kandang
paling hanya meningkat sampai 10.000 ekor. Jauh dari kekurangan sapi
nasional, yang mencapai setengah juta ekor pertahun.
PT Berdikari juga memiliki lahan peternakan
seluas 6.000 hektar di Sidrap-Sulsel. Di sana dilakukan teknik baru
dengan sistem kombong yang ditemukan oleh Ir. Ria Kusumaningrum dengan
dibantu ahli Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.  Sistem ini
sudah berhasil diuji coba. Belum ada peternakan di daerah lain atau
negara lain yang melakukannya. Termasuk Jawa dan Australia. Ir. Ria
merupakan alumni IPB tahun 2004 diangkat menjadi direktur PT Buli, yang
merupakan anak usaha PT Berdikari. Dengan sistem ini, lahan yang
mencapai 6.000 hektar itu bisa menampung 50.000 ekor sapi.
Setiap 10 hektar dibuat kandang terbuka
(kombong). Pagarnya dari kayu jabung yang cepat besar, ditengah-tengah
ada telaga. Disekeliling kombong itu 2 hektar ditanami rumput gajah, 3
hektar ditanami sorgum. Pada tahun 2012 Ir. Ria sudah membangun 15
kombong. Direncanakan akan ada 500 kombong di lahan 6.000 hektar.
Kombong berisi 200 anak sapi, atau 150 sapi remaja, atau 100 sapi besar.
Sapi-sapi yang sudah bunting dimasukkan dalam kandang tertutup untuk
diberi nutrisi lebih. Karena hebatnya sistem temuan anak bangsa ini, SBY
sampai menyempatkan diri meninjaunya secara langsung pada bulan
Pebruari yang lalu.
PT Berdikari juga sudah menjalin kerja sama
dengan Pemda NTB. PT Berdikari akan mengirim daging langsung dari
Sumbawa. Bekerja sama dengan Pemda mengelola Rumah Potong hewan (RPH) di
Bima dan lombok Barat. PT Berdikari juga bekerja sama dengan masyarakat
Pulau Sumbawa untuk pembudidayaan sapi. Masyarakat menyediakan bibit
sapi dan memelihara, PT Berdikari menyewa kandang, untuk selanjutnya
dibeli kalau sudah besar.
PTPN yang mengelola jutaan hektar kebun dan
milyaran pohon sawit tidak mau ketinggalan, ikut turun tangan. Berhubung
daun, pelepah dan bungkil sawit bisa menjadi pakan ternak yang murah
meriah. Tahun 2012 PTPN VI memulainya sebagai uji coba dengan 2.000 ekor
sapi. Program ini sukses.
Pada tahun 2013 Dahlan Iskan mengerahkan
lebih banyak PTPN lagi. Dan menargetkan 100 ribu ekor sapi. Tapi target
ini meleset menjadi 20 ribu ekor, terkendala sulitnya mendapatkan bibit
sapi. Pada tahun 2014 ini Dahlan Iskan kembali menargetkan 100 ribu
ekor. Tentu dengan belajar banyak dari kegagalan pertama. Dan
perusahaan-perusahaan suasta juga sudah mulai mengikuti langkah PTPN
ini. Mengintegrasikan perkebunan sawit dengan sapi.
Begitu banyak yang sudah dilakukan BUMN
untuk mengurangi ketergantunan impor daging. Dan begitu besar sekalanya.
Tapi mendadak kerja keras dan cerdas selama bertahun-tahun ini seolah
tidak ada artinya hanya dengan pemberitaan Jokowi yang bekerja sama
dengan Pemda NTT. Kerja sama yang baru berupa tanda tangan. Entah berapa
hektar peternakan yang akan dibangun, entah berapa sapi yang akan
dihasilkan pertahun, entah menggunakan teknik apa peternakan ini, entah
darimana jokowi mendapatkan bibit. Semuanya belum jelas.
Tapi bagaimanapun ketidak jelasan program
Jokowi. Statemennya yang menyindir BUMN telah membuat BUMN dan
pemerintah sekarang menjadi bulan-bulanan khususnya di media online.
Seolah tidak pernah melakukan apa-apa. Sebaliknya. Seolah Jokowi seorang
dewa, atau setidaknya pesulap yang bisa dengan sekejap membebaskan
Indonesia dari ketergantungan impor.
Sekali lagi saya tidak mengatakan program
Jokowi tidak baik. Sangat baik. Tapi kalau dibandingkan dengan apa yang
sudah dilakukan BUMN. Program Jokowi tidak ada apa-apanya. Sangat
ketinggalan. Baik dari segi waktu memulai, tehnik dan skalanya. Tidak
pantas Jokowi menyindir begitu.
Kapasitas Jokowi memang belum bisa
memikirkan dan menyelesaikan masalah nasional. Jokowi hanya mengandalkan
perasaan. Seperti perasaannya dulu saat mengatakan masalah banjir dan
macet Jakarta nampaknya tidak sulit-sulit amat diselesaikan. Tinggal
mengalokasikan anggaran.
Lebih-lebih setelah Kepala Dinas Peternakan
Provinsi NTT, Thobias Uly buka suara. Yang membuat orang-orang yang
terlalu berlebihan menilai program Jokowi sebagaimana mereka berlebihan
menilai mobil ESEMKA akan terkejut. Ternyata populasi ternak NTT masih
kurang. Dana investasi sebesar 2 triliun dari Pemda DKI Jakarta itu akan
digunakan untuk membangun fasilitas, meningkatkan SDM, dan mengimpor
sapi dari Australia. Selanjutnya akan dilakukan proses penggemukan di
NTT. Lalu dikirim ke DKI Jakarta. Wadduh…ternyata sapi Jokowi dari
Australi Juga. ***
http://sinarharapan.co/news/read/140501010/Populasi-Ternak-Sapi-di-NTT-Masih-Kurang

Saturday 3 May 2014

Morena Remix Dugem 2014



JOKOWI , CAPRES PDIP DAN FRANS LEBURAYA , GUBERNUR NTT BERBOHONG DAN MENIPU WARGA NTT


penipuan + pencitraan yang ketahuan bohongnya adalah masalah " sapi
sapi sapi " yang katanya akan dipasok dari ntt ke jakarta 823 ribu ekor
sapi padahal kenyataannya menurut data BPS propinsi NTT adalah sangat
mustahil

kebutuhan konsumsi di ntt = 12,29 ribu ton atau setara dengan 58.535 ekor sapi . sedangkan ketersedian sapi potong ( jantan dewasa ) = 96 . 614 ekor . ada surplus 38.079 ekor


sedangkan seekor sapi betina hanya melahirkan 1 ekor setiap 2 tahun .
sedangkan pola pemeliharan sapi di ntt adalah tradisional ( lambat
pertumbuhannya ) yang artinya kalau sapi di konsumsi ntt sendiri maka
akan berkurang drastis setiap tahunnya karena pertumbuhan sapi yang
layak potong adalah berumur 2 atau 2 tahun setengah

saran veki
kepada jokowi capres pdip dan frans leburaya gubernur ntt , hentikan
penipuan + pencitraan di ntt , jangan menipu rakyat ntt dengan
pencitraan penuh kebohongn itu . . .

NB : tolong komen sesuai data dan postingan dan jangan asal emosional karena ketahuan kebohongan ini

http://ntt.bps.go.id/data/flippingbook/analisis%20pspk2011/index.html

Morena Remix Dugem 2014

Bergabunglah bersama sahabat anda yang sudah bergabung di www.fb.com/PrabowoSubianto - Demi mewujudkan #IndonesiaBangkit yang aman, damai, adil, sejahtera, berdikari dan berdaulat.

Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Salam Indonesia Raya.
Photo: Bergabunglah bersama sahabat anda yang sudah bergabung di www.fb.com/PrabowoSubianto - Demi mewujudkan #IndonesiaBangkit yang aman, damai, adil, sejahtera, berdikari dan berdaulat.

Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Salam Indonesia Raya.

Friday 2 May 2014

NEW Goyang Morena Syahrini [HD]

KUPANG, KOMPAS.com -- Tokoh masyarakat Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Lerik, menuding kunjungan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) ke Kupang pada Selasa (29/4/2014) lalu membohongi warga NTT, terutama dalam kaitannya dengan kerja sama pasokan sapi.

“Calon
presiden dari PDI Perjuangan Jokowi dan Gubernur NTT Frans Lebu Raya
berbohong dan menipu rakyat NTT karena sapi di NTT tidak mungkin
memenuhi pasokan untuk Jakarta. Bagaimana bisa sapi yang katanya akan
dipasok dari NTT ke Jakarta 823.000 ekor, padahal kenyataannya menurut
data BPS Provinsi NTT itu sangat mustahil,” kata Viktor kepada Kompas.com, Jumat (2/5/2014).

Menurut
Viktor yang juga mantan Ketua DPRD Kota Kupang itu, kebutuhan konsumsi
daging sapi di NTT sebanyak 58.535 ekor sapi. Sementara ketersediaan
sapi potong (jantan dewasa) adalah 96.614 ekor sehingga terdapat surplus
38.079 ekor.

“Sementara itu, seekor sapi betina hanya melahirkan
satu ekor setiap dua tahun. Sedangkan pola pemeliharan sapi di NTT
adalah tradisional (lambat pertumbuhannya ), yang artinya kalau sapi
dikonsumsi NTT sendiri, maka akan berkurang drastis setiap tahunnya
karena pertumbuhan sapi yang layak potong adalah berumur dua atau dua
setengah tahun,” bebernya.

Apalagi, kata Viktor, Perusahaan
Daerah Pasar Jaya di Jakarta yang mengurus daging sapi bermasalah karena
selalu merugi dan terdapat temuan BPK yang mengindikasi ada korupsi
besar-besaran. Karena itu, Viktor menyarankan kepada Jokowi dan Frans
Lebu Raya agar segera menghentikan penipuan dan pencitraan di NTT.

“Jangan
menipu rakyat NTT dengan pencitraan penuh kebohongan itu karena rakyat
sudah tahu semua itu hanyalah pencitraan,” katanya.

Diberitakan
sebelumnya, Jokowi mengunjungi Kupang pada Selasa (29/4/2014) lalu.
Kunjungan ini terkait dengan kesepakatan di bidang peternakan antara
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara
Timur terkait pengadaan daging sapi. Kunjungannya ini juga
dilatarbelakangi kelangkaan dan mahalnya harga daging sapi di DKI
Jakarta, beberapa waktu lalu.